BAB
II
PEMBAHASAN
A. ACARA I :
GAS
1. PRODUKSI
GAS ASETYLEN
a. Pelaksanaan
1) Hari, Tanggal : Minggu, 17 April 2011
2) Waktu : 09.57 WITA-selesai
3) Tempat : Lapangan Kampus II
4) Tujuan : Untuk mengetahui reaksi dari
kalsium karbida bila di campur
dengan air dalam suatu wadah (balon) dan untuk mengetahui proses ledakan
dari gas asetylen.
b. Landasan
Teori
Las Gas, yang dilapangan lebih dikenal dengan istilah las
karbit, sebenarnya adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2
jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam proses
las gas ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2)
dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang
paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas
Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2
). Gas ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain.
Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperature
nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan
udara ataupun Oksigen.
Gas-gas lain yang juga berperan adalah gas propane (LPG),
methane dan hydrogen. Karena temperature nyala api yang dihasilkan lebih rendah
dari gas asitilen maka ketiga jenis gas ini jarang dipakai sebagai gas
pencampur.
Seperti disebutkan, gas Asetilen merupakan jenis gas yang
paling banyak digunakan sebagi bahan pencampuran dengan gas Oksigen. Jika gas
Asetilen digunakan sebagi gas pencampur maka seringkali proses pengelasan
disebut dengan las karbit. Gas Asetilen ini sebenarnya dihasilkan dari reaksi
batu Kalsium KARBIDA (orang-orang menyebut karbit) dengan air. Jadi jika
Kalsium Karbida ini disiram atau dicelupkan ke dalam air maka akan terbentuk
gas Asetilen. Jadi penyebutan nama las karbit hanya untuk mencirikan bahwa gas
yang digunakan salah satunya adalah gas Asetilen. Selain dikenal dengan nama
las karbit, kadang-kadang masyarakat umum menyebut kan juga dengan nama lain
yaitu las MDQ. Penyebutan nama MDQ ini sesungguhnya mengacu pada satu merk batu
karbit. Jadi nama las karbit atau las asetilen atau las MDQ sebenarnya adalah
satu nama proses las yan sama. Untuk dapat melakukan pengelasan dengan cara las
gas, diperlukan peralatan seperti tabung gas Oksigen dan tabung gas Asetilen,
katup tabung, regulator (pengatur tekanan gas), selang gas dan torch (brander).
Kedua gas Oksigen dan Asetilen keluar dari masing-masing tabung dengan tekanan
tertentu, mengalir menuju torch melalui regulator dan selang gas. Setelah
sampai di torch kedua gas tercampur dan akhirnya keluar dari ujung nosel torch.
Dengan bantuan pematik api, campuran gas yang keluar dari ujung nosel membentuk
nyala api denagn intensitas tertentu
untuk melihat Proses las gas (pada tutorial ini
akan sering disebutkan las gas untuk mencirikan bahwa las yang dimaksud adalah
las yang melibatkan campuran gas Oksigen dan gas bahan bakar) umumnya dipakai
secara manual yaitu dikerjakan oleh tangan juru las. Pengaturan panas dan
pemberian kawat las dilakukan oleh kombinasi kedua tangan juru las. Oleh karena
itu, kualitas sambungan nantinya akan dipengaruhi oleh ketrampilan dan keahlian
si juru las. Sebenarnya sudah ada pengembangan dari proses las gas ini menjadi
semi-otomatis atau “dimensikan”. Tentu saja hal itu dilatarbelakangi oleh
keinginan untuk mendapatkan kualitas sambungan yang lebih baik. Dengan system
yang sudah otomatis maka pengaturan panas dan pemberian kawat las akan lebih
baik lagi. Kebanyakan otomatis system diterapkan apada operasi-operai
pemotongan pelat logam dimana pada sistem itu kecepatan pemotongan dapat
diatur. Proses las gas dapat dilaksanakan dengan pemberian kawat las (atau
istilah logam pengisi) atau tidak sama sekali. Satu syarat dimana diperlukan
logam pengisi atau tidak adalah dilihat dari ketebalan pelat yang akan di las.
Jika pelat itu tipis maka untuk menyambungnya dapat dilakukan tanpa memberikan
logam pengisi, sedangkan untuk pelat-pelat tebal diperlukan logam pengisi untuk
menjamin sambungan yang optimal. Jika pada pelat tipis dipaksakan harus diberi logam
pengisi maka hal itu mungkin saja dilakukan. Akan tetapi pada daerah sambungan
akan nampak tonjolan logam las yang terlihat kurang baik. (http://obey2008.wordpress.com/2009/02/25/269/)
Gas selalu menekan ke segala permukaan yang bersinggungan
dengannya. Tekanan merupakan salah satu sifat gas yang paling mudah di ukur. (
Agus Abhi, 134: 2006 ).
Suatu gas tak mempunyai bentuk, gas mengambil bentuk dari
wadahnya. Gas tak mempunyai volume yang tertentu, melainkan dapat dimampatkan
maupun dimuaikan menurut perubahan
ukuran wadah. Volume wadahnya adalah volume gas. ( Keenan, 246 : 2001 ).
Partikel gas selalu bergerak secara bebas ke segala arah,
akibatnya gas akan mengisi ruangan yang dapat dimasukinya. Karena itu menyimpan
gas harus dalam bejana (ruang) tertutup rapat. Suatu sistem gas akan mempunyai
volume dan jumlah partikel tertentu. Partikel itu mempunyai energi kinetik yang
menyebabkan ruangan mempunyai suhu tertentu. Gerakan itu menimbulkan tekanan terhadap
dinding bejana. ( Syukri, 266 :2000 ).
Anerdo Avogadro menyatakan bahwa pada suatu tekanan yang
sama, semua gas dengan volume yang sama mengandung jumlah molekul yang sama,
atau suhu dan tekanan tetap volume yang di tempati oleh suatu gas berbanding
langsung dengan jumlah mol gas, atau dapat dinyatakan sebaga v.n atau v = k.n .
( Sastrohamidjojo,
133 : 2005 ).
c. Alat dan
Bahan
1) Alat
a) Karet gelang
b) Balon karet
c) Pipet tetes
d) Tali rapia
e) Korek api
f) Ember
g) Palu
2) Bahan
a) Calcium
Carbida (CaC2)
b) Aquades
c) Sampah
d. Cara Kerja
1) Menyiapkan
alat dan bahan
2) Meneteskan
air, dengan alat penyemprot sekitar 2-3 ml air ke dalam balon.
3) Masukkan CaC2,
dengan cara mendorongkan potongan kalsium karbida (CaC2), sampai
melewati leher balon. Mencubit-cubit balon sampai menempati tempat yang lebih
dalam, kemudian leher balon diikat.
4) Melepaskan
balon dan mengamati pemuaiannya.
5) Ketika
reaksi dan ekspansi balon berhenti, kemudian ikat balon tersebut pada tiang
sampai beberapa meter, kemudian didekatkan dengan suatu pembakar.
6) Mengamati
ledakan yang terjadi pada saat pembakaran
e. Hasil
Pengamatan
1) Gambar
|
Keterangan:
1. Api
2. Balon
Karet
3. Gas
asetylen yang terbentuk dari air dengan kalsium karbida (CaC2)
4. Tali Rapia
|
2) Deskripsi
Besar
kecilnya pengembangan yang terjadi pada balon dipengaruhi oleh banyaknya air
dan kalsium karbida yang dimasukkan kedalam balon tersebut.Dan begitu pula
apabila semakin besar balon maka semakin besar ledakan yang dihasilkan
f. Pembahasan
Produksi
gas asetilen dengan pencampuran C₂H₂ dengan air yang di masukkan ke
dalam balon yang di tutup, sehingga menimbulkan pengembangan pada balon karna
terdapat gas yang telah bereaksi di dalamnya, gas itu terdiri dari
molekul-molekul yang bergerak ke jalan yang lurus ke segala arah dengan kecepatan
yang tinggi pula sehingga gas bertumbukan denga molekul-molekul yang lain atau
dengan dindinng balon yang menyebabkan adanya tekanan, sehingga balon tersebut
mengembang yang membutuhkan waktu kurang lebih 34 detik.Proses pengembangan
pada balon sangat bergantung pada banyak sedikitnya pencampuran C₂H₂ dengan H₂O.
Dari
pencampuran C₂
H₂ dengan H₂O dapat menghasilkan respon
sehingga dapat berproduksi menjadi gas asetylen Karena adanya gas asetylen
mengakibatkan terjadinya ledakan sehingga penggunakan secara komersial dari gas
asetylen sangat berpengaruh terhadap peledakan balon semakin banyak gas yang
dihasilkan maka semakin besar pula ledakan yang dihasilkan sehingga kita dapat
mengetahui struktur molekul dari asetylen tersebut.
g. Kesimpulan
Dari
hasil pratikum kami dapat menyimpulkan bahwa :reaksi kalsium karbida didalam
balon menghasilkan gas yang ditandai
dengan pengembangan balon dan dar letusan yang dihasilkan.Letusan yang
dihasikan tergantung padabanyak kurangnya kalsium karbida dan air yang
dimasukkan kedlam balon sehingga pada kit adapt mengetahui reaksi yang terjadi
yaitu :
CaC₂ (s) + 2H₂O (i) → Ca (OH)₂ (s) + C₂H₂ (g)
Dan
pada saat letusan gas asetylen terdapat
reaksi
2
C₂H₂ (g) + CO₂ (g) → 4CO₂ (g) + 2H₂O(g)
+ Panas
Jadi
;semakin banyak campuran kalsium karbida dan air yang dimasukkan kedalam air
maka akan semakin besar pula ledakan yang dihasilkan.
2. DIFUSI
GAS
a. Pelaksanaan
1) Hari/Tanggal : Minggu, 17 April 2010
2) Waktu : 10.15-selesai
3) Tempat : R.B IV Gedung II Kampus II
IAIN MATARAM
4) Tujuan : Untuk mengetahui proses
difusi dan membuktikan hukum Graham’
b. Landasan
Teori
c. Alat dan
Bahan
1) Alat
a) Gelas Piala
11mL
b) Batang
Pengaduk Gelas
c) Plastic Wrap
d) Penjepit
e) Mistar
f) Tisu
g) Stopwatch /
Hp
2) Bahan
a) Kertas
Lakmus Merah dan Biru
b) HCl
c) NH3
d) Kapas
d. Cara Kerja
1) Cara kerja
yang menggunakan HCl
a) Menyiapkan
alat dan bahan
b) Membersihkan
dan mengeringkan dua bagian atau ujung silinder 100 ml
c) Memasukkan
potongan dari kertas lakmus biru ke dalam silinder yang berlabel HCl
d) Mendorong kertas lakmus ke dasar silinder
e) Menjepit
sumbat katun dibagian ujung penjepit dan mencelupkannya ke cairan HCl
f) Menaruh
sumbatan katun yang sudah dicelupkan cairan HCl kemulut gelas piala
g) Menutup
mulut silinder dengan cepat menggunakan potongan plastic uap
h) Menghitung
waktu yang diperlukan HCl untuk bergerak disepanjang silinder dan sampai kertas
lakmus biru menjadi merah
2) Cara kerja
yang menggunakan NH3
a) Menyiapkan
alat dan bahan
b) Membersihkan
dan mengeringkan dua bagian atau ujung silinder 100 ml
c) Memasukkan
potongan dari kertas lakmus merah ke dalam silinder yang berlabel NH3
d) Mendorong
kertas lakmus ke dasar silinder
e) Menjepit
sumbat katun dibagian ujung penjepit dan mencelupkannya ke cairan NH3
f) Menaruh sumbatan katun yang sudah dicelupkan
cairan NH3 kemulut gelas piala
g) Menutup
mulut silinder dengan cepat menggunakan potongan plastic uap
i) Menghitung
waktu yang diperlukan NH3 untuk bergerak disepanjang silinder dan
sampai kertas lakmus merah menjadi biru
e. Hasil
Pengamatan
1) Gambar
a) HCl
(1).
|
Keterangan :
1.
Kertas lakmus
biru
2.
Gelas kimia
|
(2)
|
Keterangan :
1.
Kertas lakmus
biru
2.
Gelas kimia
3.
Kapas yang
telah dicelupkan ke larutan HCl
4.
Lidi
|
(3)
|
Keterangan :
1.
Kertas lakmus
biru berubah menjadi merah
2.
Gelas kimia
3.
Kapas yang
telah dicelupkan kelarutan HCl
4.
Plastic wrap
|
b) NH3
(1)
|
Keterangan :
1.
Kertas lakmus
merah
2.
Gelas kimia
|
(2)
|
Keterangan :
1.
Kertas lakmus
merah
2.
Gelas kimia
3.
Kapas yang
telah dicelupkan kelarutan NH3
4.
Lidi
|
(3)
|
Keterangan :
1.
Kertas lakmus
merah berubah menjadi biru
2.
Gelas kimia
3.
Kapas yang
telah dicelupkan kelarutan NH3
4.
Plastic wrap
|
2) Deskripsi
atau analisa data
Dari
hasil pengamatan dapat di peroleh bahwa ketika kertas lakmus merah di masukkan
ke dalam gelas piala yang di celupkan oleh NH3 di ujung gelas piala, pada ujung
gelas piala tersebut di tutup dengan plastic wrap agar tidak ada udara yang
masuk, sehingga proses bereaksinya lebih cepat yang bersamaan dengan
perhitungan stopwatch, setelah itu lakmus merah berubah menjadi biru dalam
waktu kurang lebih 50 detik dengan 18.5 antara kapas dengan perubahan lakmus,
sedangkan lakmus biru yang di masukkan adalah kapas yang sudah di celupkan HCL dan
di tutup dengan kertas wrap sehingga lakmus birupun berubah menjadi merah dalam
waktu kurang lebih 70 detik dengan jarak 18 cm dan ke dua tabung piala dalam
keadaan di tidurkan / di baringkan.
f. Pembahasan
Dari
hasil peangamatan yang telah di lakukan, kami dapat mengetahui bahwa rasio di
pengaruhi oleh kecepatan HCl dan NH3 dengan hasil 1,42, apabila rasio yang di
dapatkan tidak mendekati 1,46 berarti ada kesalahan pada pengamatan baik dalam
segi pengukuran maupun basah atu tidaknya gelas piala yang di gunakan, karna
sangat berpengaruh atau mempengaruhi hasil eksperimen. Oleh karena itu, kita
dapat mengetahui rasio dari data eksperimen berbeda dengan rasio secara teori.
Antara gas dengan laju difusi
memiliki hunungan yang erat karna apabila massa
lebih tinggi dari pada laju difusi maka akan memperlambat terjadinya reaksi
pada massa yang
rapatanya rendah begitu juga sebaliknya.
g. Kesimpulan
Dari
hasil pemgamatan dapat kami simpulkan bahwa suatu gas dengan rapatan tinggi
akan berdifusi lebih lambat dari pada gas yang rapatanya rendah, sehingga kita
dapat membuktikan kebenaran hukum bukan hanya sekedar teori tp dapat
membuktikan secara lansung hukum graham pada difusi gas.
B. ACARA II
: PEMURNIAN DAN PEMISAHAN
1. Dekantasi,
Filtrasi, dan Kristalisasi
a. Pelaksanaan
a) Hari/Tanggal : Minggu, 17 April 2010
b) Waktu : 10.30 -selesai
c) Tempat : R. II. III Kampus II IAIN
Mataram
d) Tujuan : Untuk mengetahui bagai mana
proses dekantasi, filtrasi dan kristalisasi.
b. Landasan
Teori
Larutan merupakan campuran homogen dari zat terlarut
(selulosa) dengan pelarut ( solvent) zat terlarut dapat berupa padat , cair dan
gas sedangkan pelarutnya berupa zat cair.
Banyaknya
zat terlarut pada pelarutnya di nyatakan
dengan konsentrasi yang umum di kenal dalam kimia antara lain % berat, % volume, molaritas (M), molalitas (m), normalitas (N),
dan lain-lain. (Drs.Husen junaidi:2000:13)
Satuan
konsentrasi Molaritas (M) sangat sering dipergunakan untuk menyatakan banyaknya
zat terlarut molaritas (M) adalah banyaknya mol terlarut yang terdapat dalam 1 L larutan. 1 mol NaOH artinya 1 kali 40 gram NaOH yang
dilarutkan dengan 1 Liter air. Di laboratorium tidak selamanya kitamemerlukan 1
L larutan, tapi mungkin lebih kecil dari satu liter larutan misalnya 100 ml, 50
ml, 10 ml dan lain-lain, Sheingga kalau kita membuat satu liter banyak yang
tidak terpakai atau mubazir. Pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu
usahakan selalu menggunakan labu ukur yang sesui dengan ml larutan yang
dibutuhkan, misalnya kalau ingin membuat 100 ml 1 M NaOH maka pakailah labu ukur 100 ml. (Drs.Sagiyo:2000:15)
Konsentrasi
larutan dapat dipakai untuk menunjukkan aspek kualitatif dan aspek kuantitatif,
istilah encer dan pekat digunakan untuk menunjukkan aspek kualitatif larutan
yang mengandung sedikit zat terlarut disebut larutan encer, sebaliknya larutan
yang banyak mengandung zat terlarut disebut larutan pekat. (yudistira:2000:15)
Berdasarkan keadaan fase zat setelah bercampur, maka
campuran ada yang homogen dan heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang
membentuk suatu satu fase yaitu yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama
antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya. Campuran homogen lebih umum
disebut larutan. Contohnya air gula dan alcohol dalam air. Sedangkan campuran
heterogen adalah campuran yang mengandung dua fase atau lebih. Contohnya air
susu dan kopi. (Syukri, 351:2000)
Suatu larutan dikatakan encer bila sedikit zat terlarut
dilarutkan dalam jumlah besar pelarut. Larutan disebut pekat bila jumlah zat
terlarutnya banyak sedangkan jumlah pelarutnya sedikit. Bila kita larutkan gula
dalam sevolume tertentu air sedikit demi sedikit, akhirnya akan dicapai suatu
batas, dimana gula tidak dapat larut lagi. Pada saat ini diperoleh larutan
jenuh, yang sebelumnya disebut larutan tak jenuh. ( Sukarjo, 37: 2001)
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung bukan antara padatan
murni, cairan murni, atau gas murni, melainkan antara ion-ion dan
molekul-molekul yang terlarut dalam air atau pelarut lain.
Kimiawan juga membedakan larutan berdasarkan kemampuannya
melarutkan zat terlarut. Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut
didalam pelarut pada suhu tertentu, dinamakan larutan jenuh. Sebelum titik
jenuh tercapai, larutannya disebutlarutan tak jenuh; larutan ini mengandung zat
terlarut lebih sedikit dibandingkan dengan kemampuannya untuk melarutkan. Jenis
ketiga, larutan lewat jenuh, mengandung lebih banyak zat terlarut dibandingkan
yang terdapat didalam larutan jenuh. Larutan lewat jenuh bukanlah larutan yang
sangat stabil. Pada saatnya, sebagian zat terlarut akan terpisah dari larutan
lewat jenuh sebagai Kristal. Proses terpisahnya zat terlarut dari larutan dan
memebentuk Kristal dinamakan kristalisasi. Perhatikan bahwa pengendapan dan
kristalisasi kedua-duanya menjelaskan terpisahnya zat padat berlebih dari
larutan lewat jenuh. Namun, padatan yang terbentuk melalui kedua proses itu
berbeda penampilannya. Kita biasanya membayangkan bahwa endapan terbentuk dari
partikel kecil, sementara Kristal dapat berukuran besar dan bentuknya bagus.
(Raymond, 4: 2004)
Suatu Kristal padat mempunyai kisi ruang yaitu susunan
titik-titik khayalan dalam tiga dimensi yang berulang secara teratur. Partikel
itu sambung-menyambung dalam jumlah tak hingga, sehingga tidak mungkin
menampilkan semuanya. Oleh sebab itu, struktur kristal cukup digambarkan dengan
unit terkecilnya yang disebut sel satuan ( Syukri, 293: 2000)
Sebagian besar reaksi kimia terjadi dalam larutan. Hal
ini disebabkan karena zat yang dilarutkan dalam zat pelarut, zat terlarut, akan
berada pada ukuran terkecil, berupa molekul-molekul atau ion-ion lainnya.
Larutan merupakan campuran antaradua atau lebih zat dengan perbandingan yang
dapat diubah. Jumlah suatu zat yang terlarut didalam suatu pelarut di sebut
konsentrasi zat terlarut, yang dapat dituliskan dengan istilah molaritas atau molalitas.
Larutan membeku pada temperature yang lebih rendah dan akan mendidih pada
temperature yang lebih tinggi daripada zat pelarutnya itu sendiri. ( Harold,
81: 2004)
Reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran
zat,bukannya antara dua zat murni. Satu tipe yang lazim dari campuran adalah
larutan. Dalam alam kebanyakan reaksi
berlangsung dalam larutan air. Kuantitas relatif suatu zat tertentu dalam suatu
larutan disebut konsentrasi. Konsentrasi merupakan faktor penting dalam
menentukan betapa cepatnya suatu reaksi berlangsung dan dalam beberapa hal,
dalam menentukan produk-produk apa yang terbentuk. ( Keenan 372: 2001)
c. Alat dan
Bahan
1) Alat
a) Dekantasi
(1)Gelas kimia
100 ml
(2) Gelas kimia
600 ml
(3) Pengaduk
(4) Tabung
reaksi
b) Filtrasi
(1) Gelas kimia
100 ml
(2) Gelas kimia
600 ml
(3) Pengaduk
(4) Corong
(5) Kertas
saring
c) Kristalisasi
(1) Gelas kimia
100 ml
(2) Gelas kimia
600 ml
(3) Pengaduk
(4) Corong
(5) Kertas
saring
(6) Kaki tiga
(7) Pemanas
(8) Korek api
2) Bahan
a) Dekantasi
(1)Kapur
(2)Air
b) Filtrasi
(1)Air
(2)Garam
c) Kristalisasi
(1)Air
(2)Garam
d. Cara Kerja
1) Dekantasi
a) Menyiapkan
alat dan bahan;
b) Memasukkan
tiga sendok kapur ke dalam gelas kimia 100 ml
c) Memasukkan
air ke dalam gelas kimia yang telah berisi kapur sebanyak 25 ml
d) Mengaduk
campuran air dan kapur
e) Menghitung
waktu yang sampai campuran tersebut mengendap
f) Memisahkan
campuran tersebut melalui proses dekantasi yaitu penuangan secara langsung
2) Filtrasi
a) Menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum;
b) Memasukkan
garam ke dalam gelas kimia 100 ml
c) Memasukkan
sedikit air ke dalam gelas kimia yang telah berisi garam
d) Mengaduk
campuran air dan garam
e) Memisahkan
komponen dalam campuran melalui proses filtrasi yaitu menyaring larutan
tersebut dengan menggunakan corong dan kertas saring
f) Mengamati
hasil perbandingan filtrat dan sentrat
3) Kristalisasi
a) Menyiapkan
alat dan bahan
b) Memasukkan
garam ke dalam gelas kimia 100 ml
c) Memasukkan
air ke dalam gelas kimia yang telah berisi garam
d) Mengaduk
campuran air dan garam
e) Melihat
bagian penyaringan di atas
f) Memanaskan
filtrate dengan pemanas
g) Mengamati
proses pengkristalan
h) Menghitung
waktu yang dibutuhkan sampai larutan tersebut mengkristal
i) Membandingkan
garam sesudah dan sebelum proses
e. Hasil
Pengamatan
1) Gambar
Pemisahan
a) Dekantasi
|
|
b) Filtrasi
|
|
c) Kristalisasi
|
Keterangan:
1. Gelas
kimia
2. Air
3. Kapur yang
mengendap
|
2) Deskripsi
atau Analisa Data
a) Diskripsi
Dari
hasil pengamatan dalam proses dekantasi dan filtrasi air yang yang dicampurkan
dengan kapur dipisahkan dan diletakkan dalam tabung reaksi yang masih
kosong,setelah itu hasil pemisahan antar air dan kapur diletakkan,dan dilihat
perbedaan yang terjadi sehingga kita dapat mengetahui proses dari pada
dekantasi dan filtrasi yang telah dihasilkan
dalam percobaan
Garam
kotor yang telah disaring dimasukkan dalam gelas kimia,hasil saringan tersebut
kemudian dipanaskan sampai mendidih dengan menggunakan kaki tiga sebagi
pemanas.Lama kelamaan air garam yang dipanaskan
kembali menjadi garam dengan keadaan yang lebih bersih dan murni dan
rasanya lebih asin dari garam sebelumnya.
b) Table
|
Bentuk
|
Warna
|
|
Sebelum pemurnian
|
Kotor
|
Keruh
|
Keras
|
Sebelum pemurnian
|
Bersih
|
Putih
|
Halus
|
f. Pembahasan
Proses
filtrasi yaitu memisahkan antara campuran air dengan kapur yang diletakkan
dalam tabung reaksi (dekantasi)
Dalam
kotor hasil saringan atau filtrat ketika dipanaskan akan berubah dari larutan
garam kotor menjadi garam murni,disebabkan karena larutan tersebut apabila
dipanaskan aka menguap. Larutan garam kotor dan airyang telah disaring,airnya
menguap.asedangkan kotorannya tetap dalam gelas kimia tetapi garamnya tetap
mrenjadi garam murni.
Garam
dapur yang telah dilarutkan dalam air setelah disaring kemudian dipanaskan
sampai mendidih filtrate hasil saringan akan digunakan untuk peroses
filtralisasi selanjutnya. Larutan pad asaat sebelumnya dipanaskan masih dalam
keadaan keruh
Dalam bentuk cair sedangkan pada saat larutan
sudah dilarutkan air dan faram kotor telah memisah dan menghasilkan garam murni
karena air menguap kedalam lingkungan
g. Kesimpulan
Dari
hasil pratikum kami dapat menyimpulkan bahwa air dan kapur yang terpisah yang
dimasukkan kedalam gelas kimia terdapat perbedaan begitu juga garam dapur
setelah dipisahkan atau disaring airnya yang telah dikotorkan tetap menjadi
garam murni kembali setelah dipanaskan sehingga kita dapat mengetahui hasil
akhir dari pratikum bahwa garam tersebut menjadi lebih murni dan lebih asin
dari sebelumnya
2. Destilasi
Sederhana
a. Pelaksanaan
1) Hati/Tanggal : Minggu, 22 Mei 2011
2) Waktu : 15.00 - Selesai
3) Tempat : R. VI Kampus II IAIN Mataram
4) Tujuan : Untuk mengetahui proses
pemisahan larutan (air dengan
alkohol)
b. Landasan
Teori
c. Alat dan
Bahan
1) Alat
a) Susun 1 set
alat destilasi
b) Labu destil
c) Penangas
d) Teemometer
e) Pendingin/kondensor
leibig
f) Konektor/klem
g) Statif
h) Penampung
2) Bahan
a) Air
b) Alcohol
d. Cara Kerja
1) Menyiapkan
alat dan bahan
2) Menyusun 1
set destilasi
3) Memasukkan
zat sampel (alkohol) pada labu destilasi (mengisi alcohol dalam dalam labu
paling banyak bagian labu) kemudian memasukkan batu didih.
4) Mengisi
kaleng penagas dengan zat penagas mula-mula dengan api kecil. Amati thermometer
apabila ada cairan yang keluar sebelum mencapai titik didihnya, pisahkan cairan
tersebut, tahan supaya suhu tersebut konstan dan tabung destilasi yang
dihasilkan.
5) Menghentikan
destilasi pada saat sampel hamper habis (jangan sampai kering)
6) Memindahkan
penagas. Tentukan massa
jenis zat yang diperoleh da bandingkan
dengan dengan harga aberat jenis standar.
e. Hasil
Pengamatan
1) Gambar
|
|
2) Deskripsi
Dari
percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui proses/cara untuk memurnikan
air yang telah bercampur dengan alcohol. Disini air memiliki titik didih C dan alcohol memiliki titik didih C. Untuk dapat memisahakan alcohol dengan air perlu
diperhatikan temperature alkoholnya, karena alcohol memiliki titik ddidih yang
lebih tinggi/cepat dari air. Sehingga, yang lebih dulu mengalami penguapan
adalah alcohol.
f. Pembahasan
g. Kesimpulan
Dari percobaan yang tekah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa destilasi sederhana merupakan salah satu cara
pemurnian zat cair yang telah tercemar oleh zat padat/zat cair lain yang
memiliki perbedaan titik didih cukup besar. Sehingga, zat pencemar/pengotor
akan tertinggal sebagai residu (sisa). Dalam destilasi sederhana ini perlu
memperhatikan temperaturnya. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran
cairan-cairan yaitu antara air dengan alcohol dan temperature dari zat cair
yang perlu diperhatikan adalah zat cair yang memiliki titik didih Paling cepat
yaitu titik didih alcohol C.
3. Destilasi
Uap
a. Pelaksanaan
1) Hari,Tanggal : Minggu, 22 Mei 2011
2) Waktu : 14.00 – 15.00
3) Tempat : R.II. Kampus II IAIN Mataram
4) Tujuan : Untuk mengetahui proses
pemisahan larutan (air dengan
minyak) dari daun kayu putih
b. Landasan
Teori
Proses yang terjadi pada
destilasi adalah perubahan pase cair menjadi fase uap atau gas dengan
pendidihan, kemudian gas tersebut mengembun akibat pendinginan. Tahap
terpenting pada destilasi adalah pendidihan dan kondensasi pengembunan.
Dasar
penting dalam destilasi adalah tekanan uap yaitu suatu sifat yang tergantung
pada suhu. Kenaikan suhu selalu menyebabkan tekanan uap bertambah besar. Titik
didih adalah suhu dimana tekanan uap sama dengan tekanan luar / atmosfer. Pada
suhu ini molekul zat cair mempunyai energi yang cukup untuk berubah menjadi
fase uap tidak hanya pada permukaan zat cair tetapi di seluruh bagian zat cair
sehingga terjadi gelembung dan keadaaan ini diebut mendidih. Suhu pada saat tekanan uap zat cair sama dengan atmosfer
disebut titik normal. (Drs. Husen junaidi:2000:109)
c. Alat dan
Bahan
1) Alat
a) Set alat
destilasi uap
b) Pemanas
c) Corong pisah
d) Statif
e) Labu
destilasi
f) Batu didih
2) Bahan
a) Aquades
b) Daun kayu
putih atau bunga
d. Cara Kerja
1) Meniapkan
alat dan bahan
2) Menyeting
alat destilasi biasa seperti pada gambar
3) Memasukkan
aiar pada dasr alat destilasi
4) Memasukkan
sampel pada tempat pembangkit uap
5) Mengalirkan
air dingin pada kondensor
6) Menampung
destilat dan hentikan paada waktu tertentu
7) Memisahkan
air dengan minyak menggunakan corong pisah
e. Hasil
Pengamatan
1) Gambar
2) Deskripsi
Dari percobaan yang telah
dilakukan, dapat diketahui bahwa dalam memisahkan air dengan minyak dari kayu
putih membutuhkan waktu yang cukup lama. Yang pertama untuk dapat menghasilkan
uap minyak kayu putih harus memanaskan air dan daun kayu putih yang sudah
dimasukkan ke dalam labu destil. Setelah panas uap dari air dan daun kayu putih tersebut akan melewati
tabung destilasi dan dihasilkan berupa cairan minyak kayu putih yang masih
bercampur dengan air. Untuk dapat menghasilkan minyak kayu putih murni, harus
memisahkan cairan tersebut terlebih dahulu dengan corong pemisah. Namun, disini
terdapat kesulitan dalam pemisahannya karena warna air dan minyak kayu putih
sama-sama berwarna bening.
f. Pembahasan
g. Kesimpulan
Dari
percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa destilasi uap adalah
salah satu cara pemisahan/pemurnian zat cair dengan minyak. Dalam destilasi uap
ini tidak memperhatikan temperaturnya seperti dalam destilasi sederhana. Yang
dipisahakan disini adalah air yang telah bercampur dengan minyak dan untuk
mendapatkan air atau minyak murni denagn menggunakan corong pemisah
C. ACARA III
: LARUTAN DAN KELARUTAN
1.
Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal : Minggu, 24 April 2011
b. Waktu : 08.50 – 09.05
c. Tempat : R. II. VI Kampus II IAIN
Mataram
d. Tujuan :Untuk mengetahui proses
terbentuknya endapan pada
campuran larutan antara K(SbO) C4H4O6
dengan BaCl2
2. Landasan
Teori
3. Alat dan
Bahan
a. Alat
1) Gelas Kimia
2) Bola Hisap
3) Stopwatch
4) Pipet Ukur
5) tabung
reaksi
b. Bahan
1) BaCl2
2) K(SbO)C4H4O6
3) Air
4.
Cara Kerja
a. Menyiapkan
alat dan bahan
b. Memasukkan
18 ml larutan K(SbO) C4H4O6 ke dalam tabung
reaksi
c. Menambahkan
4 ml larutan BaCl ke dalam larutan K(SbO) C4H4O6 dan
tanpa diaduk
d.
Mengamati proses terbentuknya endapan pada campuran
larutan tersebut dan menghitung waktu yang diperlukan untuk terbentuknya
endapan
5. Hasil
Pengamatan
a.
|
Keterangan:
1. Gelas kimia
2. Sisa BaCl2
yang bereaksi
3. Hasil
endapan putih
b. Deskripsi
Dari
hasil pengamatan yang telah kami lakukan kami dapat mendiskripsikan bahwa, dari
gambar di atas tedapat endapan yang di hasilkan dari campuran antara larutan
antimony potassium tatrat dan barium klorida, 5 menit setelah ke dua larutan
tercampur maka akan terbentuk endapan yang berwarna putih, tanpa di aduk atau
di gerakkan.
6. Pembahasan
Pada
awal demontrasi larutan mengendap sedikit demi sedikit, endapan putih terbentuk
pada dasar gelas kimia dan endapan terpisah pada larutannya. Larutan tersebut
tidak di aduk karna endapannya cepat terjadi, semakin lama waktu yang di
gunakan 15 menit maka semakin banyak endapan yang terbentuk dengan persamaan
reaksi sebagai berikut :
2
K (Sbo)C4H4O6 (aq)+ BaCl2 (aq) →2 Ba ((Sbo)C4H4O6)2 + 2KCl (aq)
Endapan
terbentuk karna adanya larutan BaCl2 yang di tambahkan larutan K(Sbo)C4H4O6
yang telah mencapai kelarutan maksimum. Yang menyebabkan terbentuknya endapan
ketika ke dua larutan tersebut di campur adalah
7. Kesimpulan
Dalam
praktikum ini dapat disimpulkan bahwa endapan putih terbentuk dari campuran
antara K(SbO)C4H4O6
dengan larutan BaCl2. Proses terbentuknya endapan tersebut
terjadi karena larutan tersebut termasuk alam tipe larutan lewat jenuh dan
konsentrasi K(SbO)C4H4O6 lebih tinggi
dari larutan BaCl2, sehingga menyebabkan terjadinya endapan.
D. ACARA IV
: ASAM BASA
1. Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal : Minggu, 24 April 2011
b. Waktu : 9.00-selesai
c. Tempat : R. II. IV. Kampus II IAIN Mataram
d. Tujuan :Untuk mengetahui apakah ekstrak tumbuhan
dapat dijadikan
sebagai
indicator asam basa dan menentukan PH larutan baku setelah diteteskan ekstrak tumbuhan.
2. Landasan
Teori
Reaksi asam basa adalah reaksi yang reversible yang dengan cepat
mencapai kesetimbangan. Keadaaan kesetimbangan
ditentukan oleh kesemaan dan kebebasan relative preaktif, jika suatu
asam kehilanagn proton maka yang tertinggi adalah suatu basa. Suatu zat akan
bersifat asam jika terdapat akseptor proton sedangkan sifat basa menurut adanya
donor proton . pelarut merupakan akseptor atau donor proton sehingga proses
pelarut merupakan reaksi asam basa. Dalam reaksi asam basa, sebuah
proton dipisahkan dari asam ke basa. Semua reaksi asam basa, asam yang lebih
kuat memberikan proton kepada bara yang membuat dan menghasilkan asam dan yang
lebih lemah.Asam kuat adalah asam yang hamper seluruhnya terionisasi dalam air,
suatu larutan asam kuat dapat diencerkan dan dipekatkan sedangkan asam lemah
adalah asam yang sedikit terionisasi dalam air, asam ini adalah asam yang lebih
lemah dari ion hydrogen (RALPA). (fessenden, 2000 : 21-23)
Secara
umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:
a.
Rasa: masam
ketika dilarutkan dalam air.
b.
Sentuhan:
asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat.
c.
Kereaktifan:
asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam,
yaitu korosif terhadap logam.
d.
Hantaran
listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik,
merupakan elektrolit.
Tetapan asam
adalah tetapan kesetimbangan untuk reaksi HA dengan air: Asam kuat mempunyai
nilai Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi berada jauh
di kanan, terdapat banyak H3O+; hampir seluruh asam
terurai). Misalnya, nilai Ka untuk asam klorida (HCl)
adalah 107.Asam lemah mempunyai nilai Ka yang
kecil (yaitu, sejumlah cukup banyak HA dan A- terdapat bersama-sama
dalam larutan; sejumlah kecil H3O+ ada dalam larutan;
asam hanya terurai sebagian). Misalnya, nilai Ka untuk asam
asetat adalah 1,8 × 10-5.Asam kuat mencakup asam halida - HCl, HBr, dan HI.
(Tetapi, asam fluorida, HF, relatif lemah.) Asam-asam okso, yang umumnya
mengandung atom pusat ber-bilangan oksidasi tinggi yang dikelilingi
oksigen, juga cukup kuat; mencakup HNO3, H2SO4,
dan HClO4. Kebanyakan asam organik merupakan asam lemah.(Surues Bala
2003:67-73)
Asam arrhenius adalah zat yang melarutkan
kedalam air untuk memberikan ion-ion H+, dan basa arrhernius adalah
zat yang melarutkan ke dalam air untuk memberikan ion-ion OH-.
Contoh
Asam
|
Basa
|
Hidrogen klorida (HCl)
|
Natrium hidroksida (NaOH)
|
Hidrogen nitrat (HNO3
|
Kalsium hidroksida (KOH)
|
Hidrogen sulfat (H2SO4)
|
Kalsium hidroksida Ca(OH)2
|
Asam asetat (HC2H3O2)
|
Amonia, NH3)
|
Dalam tahun 1887 Svante Arrhenius mempostulatkan bahwa
bila molekul elektrolit dilarutkan dalam air, akan terbentuk ion-ion negative
dan positif. Menjelang akhir abad XIX definisi asam dan basa dinyatakan dalam
teori pengionan Arrhenius. Asam Arrhenius adalah zat yang melarut ke
dalam air untuk memberikan ion-ion H+, dan basa Arrhenius adalah
zat yang melarut ke dalam air untuk memberikan ion-ion OH-. (
Keenan, 408 : 2001 )
Air murni tidak mempunyai rasa, bau, dan warna. Bila
mengandung zat tertentu, air dapat terasa asam, pahit, asin, dan sebagainya.
Air yang mengandung zat lain dapat pula menjadi berwarna. Kita ketahui bahwa
cairan yang berasa asam di sebut larutan asam, yang terasa asin di sebut
larutan garam, sedangkan yang terasa licin dan pahit di sebut larutan basa.
Diingatkan, jangan mencicipi larutan untuk mengetahui rasanya, sebab berbahaya.
Cara yang baik adalah mencelupkan kertas lakmus, karena lakmus dalam larutan
asam berwarna merah, dan dalam basa berwarna biru. ( Syukri, 387 : 2000 ).
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup
tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titik
ekivalen antara 4-10. ( Khopkar, 38 : 2003 ).
Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau
membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu ruang ( trayek ) pH tertentu.
Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat
indikator dapat berupa asam atau basa,
larut, stabil, dan menunjukkan perubahan
warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik. Perubahan warna disebabkan
oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi
yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda.
( Khopkar, 44 : 2003 ).
Asam dan basa didefinisikan oleh ahli kimia berabad-abad yang lalu dalam
sifat-sifat larutan air mereka. Dalam pengertian ini suatu zat yang larutan
airnya berasa asam, memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif untuk
membentuk hydrogen, dan menetralkan basa. Dengan mengikuti pola yang serupa,
suatu basa didefinisikan sebagai suatu zat yang larutan airnya berasa pahit,
membirukan lakmus merah, terasa licin sabun, dan menetralkan asam.( Keenan, 408
: 2001 ).
Mungkin tidak ada dua kelompok senyawa yang lebih penting
dalam kimia dari pada asam dan basa. Semua asam memiliki beberapa sifat umum
seperti: memiliki rasa masam, dan semuanya dapat bereaksi dengan sebagian besar
logam membentuk gas hydrogen (H2), dan dengan soda kue membentuk karbon dioksida
(CO2). Semua asam mengubah kertas lakmus biru menjadi merah, dan larutannya
mengalirkan listrik karena asam membentuk ion ketika larut dalam air.
Sebaliknya semua basa juga memiliki beberapa sifat umum, seperti: memiliki rasa
pahit, larutannya terasa licin seperti air sabun, dan mengubah kertas lakmus
merah menjadi biru (berlawanan dengan asam). Larutan-larutan basa juga
mengalirkan listrik, karena membentuk ion dalam air. Semua asam serupa karena
menghasilkan ion hydrogen dalam air. Sebaliknya, semua basa juga membentuk ion
hidroksida dalam air. Ion-ion
tersebut menentukan sifat asam dan basa. ( Harold, 94: 2004).
3. Alat dan
Bahan
a) Alat
1) Tabung
reaksi
2) Pipet tetes
3) Silet
4) Gelas
plastic
5) Gelas arloji
6) Indicator
universal
7) Pengaduk
8) Bola
penghisap
b) Bahan
1)
Kunyit
2)
Bunga sepatu
3)
HCl atau 0,05 M
4)
0,1 M CH3COOH
5)
2% asam borat
6)
5% klarutan NaCl
7)
5% larutan NaHCO2
8)
5% larutan Na2CO3
9)
5% Na2CO3
10) 0,01 M NaOH
11) 0,1 M NaOH
4. Cara Kerja
a. Indicator
1) Menyiapkan
alat dan bahan
2) Memotong
kecil-kecil dan memasukkannya ke dalam bejana kimia
3) Menimbang
indicator sebanyak 2 gr
4) Menambahkan
5-10 ml alcohol atau campuran alcohol ke dalam indicator (bunga dan kunyit)
5) Mengaduk
sedemikian rupa sehingga zat-zat warnanya tereaksi sebanyak mungkin
b.
Skala PH dan penentuan trayek perubahan warna
1) Menyiapkan sederetan
larutan yang dipakai sebagai deret baku
skala PH
2) Menaruh
masing-masing dua tetes
c. Pemakaian
ekstrak tumbuhan sebagai indicator
1) Menyiapkan
larutan NaOH dengan konsentrasi 0,1 M
2) Meneteskan
5-30 tetes larutan asam ke dalam tabung reaksi
3) Menambahkan 2
tetes ekstrak tumbuhan
4) Meneteskan
basa ke dalamnya tetes demi tetes (tiltrasi) hingg warna larutan berubah
5) Menerangkan
yang terjadi
5. Hasil
Pengamatan
a. Gambar
|
|
|
|
b. Analisa data
Larutan
Baku
|
Warna
awal Larutan
|
Warna
Indicator
|
Perubahan
warna
|
Na2Co3 5%
Asam borat 2%
NaOH 0,01 M
HCl 0,05 M
NaCl 5%
|
Bening
Bening
Bening
Bening
Bening
|
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
|
Abu-abu
Ungu muda
Hijau pekat
Merah muda
Kelabu
|
c. Tabel
No
|
Larutan
|
Nilai
ph kunyit dan nilai ph bunga sepatiu
|
|||
Sebelum
|
Sesudah
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
1
|
HCl atau 0.005 m
|
1
|
5
|
1
|
3
|
2
|
0.1 m CH3COOH
|
3
|
4
|
3
|
4
|
3
|
2% asam borat
|
5
|
6
|
5
|
6
|
4
|
5% larutan NaCl
|
7
|
7
|
7
|
7
|
5
|
5% larutan NaHCO3
|
8,3
|
11
|
8,3
|
10
|
6
|
5% Na2CO3
|
10,6
|
11
|
10,6
|
12
|
7
|
0.01 m NaOH
|
12
|
13
|
12
|
14
|
d. Deskripsi
Dari gambar di atas kita dapat mengetahui
perubahan warna yang terjadi yaitu dengan menggunakan ekstrak bunga spatu dan
kunyit sebagai indicator. Sedangkan PH nya menggunakan larutan NaCl, HCl,
CH3COOH, NaHCO3, NaCO3 dan NaOh dengan nilai PH nya yang telah di tentukan.
Setelah indicator masing-masing dari skala PH
di campurkan terjadi perubahan warna, karna terjadi perubahan warna sehingga
terbukti ekstrak bunga sepatu dan kunyit dapat di jadikan indicator untuk
menentukan asam atau basa larutan.
6. Pembahasan
Dari hasil pengamatan di dapatkan bahwa
ekstrak bunga sepatu dan kunyit dapat di jadikan sebagai indicator untuk
menentukan asam dan basa suatu larutan dari semua larutan menjadi skala PH.
Warna awal bunga spatu adalah bening emas, warna awal ekstrak bunga sepatu
adalah merahh. Sementara warna awal kunyit kuning kemerah-merahan dan warna
ekstrak kunyit adalah kuning kembali seperti warna awal .
Dari campuran masing-masing skala PH dengan
indicator membuktikan bahwa ekstrak bunga sepatu dan kunyit dapat di jadikan
indicator untuk mengetahui apakah masing-masing larutan asam atau basa, di mana
yang di maksud dengan asam adalh sebagai
zat yang larutannya dalam air menghasilkan ion H+ karna dapat memberikan zat
proton sedangkan basa itu sendiri adalah zat yang larutannya dalam air
menghasilkan OH karna dapat menerima proton, sehingga makin mudah asam
melepaskan proton maka makin kuat asamnya dan semakin mudah basa menerima suatu
proton maka makin kuat pula basa yang bersangkutan.
7. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat di simpulkan bahwa
perubahan warna terjadi karna adanya campuran dari ekstrak bunga sepatu dan
kunyit sebagai indicator NaCl, CH3COOH, NaHCO3, Na2CO3 dan NaOHsehingga kita
dapat mengetahui bunga sepatu dan kunyit
dapat di jadikan indicator asam dan basa
dan PH setiap larutan.
E. ACARA V :
PERUBAHAN ENERGI REAKSI
1. Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal : Minggu, 24 April 2011
b. Waktu : 09.20-0932
c. Tempat : R. III. Kampus II IAIN Mataram
d. Tujuan : Untuk membuktikan terjadinya reaksi
endoterem pada
campuran antara NH4NO3 dengan
aquades dan membuktikan
reaksi eksotermik pada campuran CaCl dengan
aquades.
Serta mengetahui penurunan dan peningkatan suhu pada kedua
reaksi tersebut.
2. Landasan
Teori
Konsep Oksidasi Reduksi
Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer oksigen Dalam hal
transfer oksigen, Oksidasi berarti mendapat oksigen, sedang Reduksi adalah
kehilangan oksigen. Sebagai contoh, reaksi dalam ekstraksi besi dari biji besi:
Karena reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang bersamaan, reaksi diatas
disebut reaksi REDOKS.
Zat pengoksidasi dan zat pereduksi
Zat pengoksidasi dan zat pereduksi
Oksidator atau zat pengoksidasi adalah zat yang
mengoksidasi zat lain. Pada contoh reaksi diatas, besi(III)oksida merupakan
oksidator. Reduktor atau zat pereduksi adalah zat yang mereduksi zat lain. Dari
reaksi di atas, yang merupakan reduktor adalah karbon monooksida. Jadi dapat
disimpulkan
oksidator adalah yang memberi oksigen kepada zat lain.
oksidator adalah yang memberi oksigen kepada zat lain.
Reduktor adalah yang mengambil oksigen dari zat lain
Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen
Definisi
oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen ini sudah lama dan kini tidak
banyak digunakan.
Oksidasi berarti kehilangan hidrogen, reduksi berarti mendapat hidrogen.
Oksidasi berarti kehilangan hidrogen, reduksi berarti mendapat hidrogen.
Perhatikan
bahwa yang terjadi adalah kebalikan dari definisi pada transfer oksigen.
Sebagai contoh, etanol dapat dioksidasi menjadi etanal:
Untuk
memindahkan atau mengeluarkan hidrogen dari etanol diperlukan zat pengoksidasi
(oksidator). Oksidator yang umum digunakan adalah larutan kalium dikromat(IV)
yang diasamkan dengan asam sulfat encer.
Etanal
juga dapat direduksi menjadi etanol kembali dengan menambahkan hidrogen.
Reduktor yang bisa digunakan untuk reaksi reduksi ini adalah natrium
tetrahidroborat, NaBH4. Secara sederhana, reaksi tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Zat
pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi (reduktor)
1) Zat pengoksidasi (oksidator) memberi oksigen kepada zat
lain, atau memindahkan hidrogen dari zat lain.
2) Zat pereduksi (reduktor) memindahkan oksigen dari zat
lain, atau memberi hidrogen kepada zat lain.
Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron
Oksidasi
berarti kehilangan elektron, dan reduksi berarti mendapat elektron. Definisi
ini sangat penting untuk diingat. Ada cara yang mudah untuk membantu anda
mengingat definisi ini. Dalam hal transfer elektron:
Contoh sederhana
Reaksi redoks dalam hal transfer elektron:
Tembaga(II)oksida dan magnesium oksida keduanya bersifat ion. Sedang dalam bentuk logamnya tidak bersifat ion. Jika reaksi ini ditulis ulang sebagai persamaan reaksi ion, ternyata ion oksida merupakan ion spektator (ion penonton). Jika anda perhatikan persamaan reaksi di atas, magnesium mereduksi iom tembaga(II) dengan memberi elektron untuk menetralkan muatan tembaga(II). Dapat dikatakan: magnesium adalah zat pereduksi (reduktor). Sebaliknya, ion tembaga(II) memindahkan elektron dari magnesium untuk menghasilkan ion magnesium. Jadi, ion tembaga(II) beraksi sebagai zat pengoksidasi (oksidator). Memang agak membingungkan untuk mempelajari oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron, sekaligus mempelajari definisi zat pengoksidasi dan pereduksi dalam hal transfer elektron.
Tembaga(II)oksida dan magnesium oksida keduanya bersifat ion. Sedang dalam bentuk logamnya tidak bersifat ion. Jika reaksi ini ditulis ulang sebagai persamaan reaksi ion, ternyata ion oksida merupakan ion spektator (ion penonton). Jika anda perhatikan persamaan reaksi di atas, magnesium mereduksi iom tembaga(II) dengan memberi elektron untuk menetralkan muatan tembaga(II). Dapat dikatakan: magnesium adalah zat pereduksi (reduktor). Sebaliknya, ion tembaga(II) memindahkan elektron dari magnesium untuk menghasilkan ion magnesium. Jadi, ion tembaga(II) beraksi sebagai zat pengoksidasi (oksidator). Memang agak membingungkan untuk mempelajari oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron, sekaligus mempelajari definisi zat pengoksidasi dan pereduksi dalam hal transfer elektron.
Bila perubahan terjadi pada sebuah sistem maka dikatakan bahwa sistem
bergerak dari keadaan satu ke keadaan yang lain. Bila sistem diisolasi dari
lingkungan sehingga tak ada panas yang dapat mengalir maka perubahan yang
terjadi di dalam sistem adalah perubahan adiabatik, maka suhu dari sistem akan
menggeser, bila reaksinya eksotermik akan naik sedangkan reaksinya endotermik
akan turun. Bila sistem tak diisolasi dari lingkungannya, maka bila terjadi
reaksi, suhu dari sistem dapat dibuat tetap. Perubahan yang terjadi pada
temperature tetap dinamakan perubahan isotermik. Telah dikatakan, bila terjadi
reaksi eksotermik atau endotermik maka pada zat-zat kimia yang terlibat akan
terjadi perubahan energi potensial.[1]
Termodinamika merupakan kajian tentang energi, secara prinsip energi panas,
yang menyertai perubahan fisik atau kimia. Beberapa reaksi kimia melepaskan
energi; dan disebut reaksi eksotermis, dan memiliki perubahan entalpi negative.
Reaksi lainnya menyerap energi panas dan disebut reaksi endotermis.[2]
Proses eksotermik memindahkan kalor dari sistem ke
lingkungan dan menghasilkan peningkatan entropi lingkungan, sedangkan proses
endotermik menyerap kalor dari lingkungan dan dengan demikian menurunkan
entropi lingkungan. (
Raymond, 44: 2004)
3. Alat dan
Bahan
a. Reaksi
Endotermik, Ammonium Nitrat
1) Alat
a) Gelas kimia
100 ml
b) Thermometer
2) Bahan
a) NH4NO3
(urea)
b) Air
b. Reaksi
Eksotermik, Kalsium Klorida
1) Alat
a) Gelas kimia
100 ml
b) Temperature
2) Bahan
a) CaCl2
b) Air
4. Cara kerja
a) Reaksi Endotermik,
Amonium Nitrat
1) Menyiapkan
alat dan bahan
2) Memasukkan
sekitar 100 ml air ke dalam beaker besar dan mencatat temperaturnya
3) Memasukkan
dengan cepat 10 g ammonium nitrat ke dalam air
4) Mengukur
suhu atau terperatur NH4NO3 di tambah air
5) Mencatat
hasil pengamatan
b) Reaksi
Eksotermik, Kalsium Klorida
1) Menyiapkan
alat dan bahan
2) Memasukkan
secara cepat kalsium klorida sebanyak 3 g ke dalam gelas kimia yang berisi 30
ml air
3) Mengukur
suhu atau temperature CaCl2 ditambah air
4) Mencatat
hasil pengamatan
5. Hasil pengamatan
a) Gambar
1) Reaksi
Endotermik
|
Keterangan:
1. Temperature
2. Gelas
kimia 100 ml
3. Aquades
100 ml
4. NH4NO3
10 gr
|
2) Reaksi
Eksotermik
|
Keterangan:
1.
Thermometer
2.
Gelas kimia
100 ml
3.
Aquades 30 ml
4.
CaCl2
3 gr
|
b) Deskripsi
Pada
percobaan yang dilakukan. Pada reaksi endotermik, kami memasukkan aquades ke
dalam gelas kimia ukuran 100 ml dan mengukur temperaturenya yaitu 29C. Kemudian memasukkan 10 g ammonium nitrat ke dalam
gelas kimia yang berisi air tersebut dan mengukur temperaturnya yaitu berubah
menjadi 24C. Sedangkan pada eksotermik kami juga memasukkan
aquades ke dalam gelas kimia ukuran 100 ml sebanyak 30 ml dan mengukur
teperaturnya yairu 29C. Kemudian memasukkan 3 g kalsium klorida ke dalam
gelas kimia yang berisi air tersebut dan mengukur temperaturnya yaitu berubah
menjadi 34C.
6. Pembahasan
Pada
reaksi endotermik, temperature awal adalah 29C setelah ditambah ammonium nitrat temperaturnya
menurun menjadi 24C. Hal ini disebabkan oleh reaksi endotermik dimana
reaksi endotermik itu adalah reaksi yang menyerap atau membutuhkan kalor atau
panas. Reaksi antara aquades dan ammonium nitrat sebagai berikut:
Panas
+ NH4NO3(s) + H2O NH(aq) + NO(aq)
Pada
reaksi eksotermik temperature adalah 29C setelah ditambah kalsium klorida temperaturnya meningkat
menjadi 24C. Hal ini disebabkan oleh reaksi eksotermik dimana reaksi
eksotermiknini adalah reaksi yang melepaskan kalor atau panas. Reaksi antara
aquades dengan kalsium klorida sebagai berikut.
CaCl2(s)
+ H2O Ca + 2 Cl + panas
Sedangkan
panas larutan adalah jumlah kalori suatu larutan dalam 100 ml air.
7. Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa pada suatu larutan akan berkurang
atau bertambah temperaturnya apabila ditambahkan dengan larutan lain seperti NH4NO3
dan CaCl2 dan terjadi reaksi edotermik dan reaksi eksotermik dalam
reaksi tersebut dimana reaksi endotermik adalah reaksi yan g menyerap kalor
atau panas dan reaksi eksotermik adalah reaksi yang melepaskan kalor atu panas.
F. ACARA VI:
REAKSI OKSIDASI REDUKSI
1. The
Mercury Beating Heart
a) Pelaksanaan
1) Hari/Tanggal : Minggu, 22 Mey 2011
2) Waktu : 09.00 – 09.30
3) Tempat : R. B.2
Kampus II IAIN Mataram
4) Tujuan : Mengetahui proses terjadinya
denyutan/ getaran pada
Mercury beating heart.
b) Landasan
Teori
Pengertian oksidasi dan reduksi
disini lebih melihat dari segi transfer oksigen, hidrogen dan elektron. Disini
akan juga dijelaskan mengenai zat pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi
(reduktor).
1) Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer oksigen
Dalam hal transfer oksigen, Oksidasi berarti mendapat oksigen, sedang Reduksi adalah kehilangan oksigen.
Sebagai contoh, reaksi dalam ekstraksi besi dari biji besi:
Karena reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang bersamaan, reaksi diatas disebut reaksi REDOKS.
Zat pengoksidasi dan zat pereduksi
Oksidator atau zat pengoksidasi adalah zat yang mengoksidasi zat lain. Pada contoh reaksi diatas, besi(III)oksida merupakan oksidator.
Reduktor atau zat pereduksi adalah zat yang mereduksi zat lain. Dari reaksi di atas, yang merupakan reduktor adalah karbon monooksida.
Jadi dapat disimpulkan:
oksidator adalah yang memberi oksigen kepada zat lain,ü
reduktor adalah yang mengambil oksigen dari zat lainü
2) Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen
Definisi oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen ini sudah lama dan kini tidak banyak digunakan.
Oksidasi berarti kehilangan hidrogen, reduksi berarti mendapat hidrogen.
Perhatikan bahwa yang terjadi adalah kebalikan dari definisi pada transfer oksigen.
Sebagai contoh, etanol dapat dioksidasi menjadi etanal:
CH3CH2OH CH3CHO
Untuk memindahkan atau mengeluarkan hidrogen dari etanol diperlukan zat pengoksidasi (oksidator). Oksidator yang umum digunakan adalah larutan kalium dikromat(IV) yang diasamkan dengan asam sulfat encer.
Etanal juga dapat direduksi menjadi etanol kembali dengan menambahkan hidrogen. Reduktor yang bisa digunakan untuk reaksi reduksi ini adalah natrium tetrahidroborat, NaBH4. Secara sederhana, reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
CH3CHO CH3CH2OH
Zat pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi (reduktor)
Zat pengoksidasi (oksidator) memberi oksigen kepadaØ zat lain, atau memindahkan hidrogen dari zat lain.
Zat pereduksi (reduktor)Ø memindahkan oksigen dari zat lain, atau memberi hidrogen kepada zat lain.
3) Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron
Oksidasi berarti kehilangan elektron, dan reduksi berarti mendapat elektron.
Definisi ini sangat penting untuk diingat. Ada cara yang mudah untuk membantu anda mengingat definisi ini. Dalam hal transfer elektron:
Contoh sederhana
Reaksi redoks dalam hal transfer elektron:
CuO+Mg CU+Mg
Tembaga(II)oksida dan magnesium oksida keduanya bersifat ion. Sedang dalam bentuk logamnya tidak bersifat ion. Jika reaksi ini ditulis ulang sebagai persamaan reaksi ion, ternyata ion oksida merupakan ion spektator (ion penonton).
Jika anda perhatikan persamaan reaksi di atas, magnesium mereduksi iom tembaga(II) dengan memberi elektron untuk menetralkan muatan tembaga(II).
Dapat dikatakan: magnesium adalah zat pereduksi (reduktor).
Sebaliknya, ion tembaga(II) memindahkan elektron dari magnesium untuk menghasilkan ion magnesium. Jadi, ion tembaga(II) beraksi sebagai zat pengoksidasi (oksidator). Memang agak membingungkan untuk mempelajari oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron, sekaligus mempelajari definisi zat pengoksidasi dan pereduksi dalam hal transfer elektron.
Dapat disimpulkan sebagai berikut, apa peran pengoksidasi dalam transfer elektron:
Zatü pengoksidasi mengoksidasi zat lain.
Oksidasi berarti kehilangan elektronü (OIL RIG).
Itu berarti zat pengoksidasi mengambil elektron dari zatü lain.
Jadi suatu zat pengoksidasi harus mendapat elektronü
Atau dapat disimpulkan sebagai berikut:
Suatu zat pengoksidasi mengoksidasi zatü lain.
Itu berarti zat pengoksidasi harus direduksi.ü
Reduksi berartiü mendapat elektron.
1) Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer oksigen
Dalam hal transfer oksigen, Oksidasi berarti mendapat oksigen, sedang Reduksi adalah kehilangan oksigen.
Sebagai contoh, reaksi dalam ekstraksi besi dari biji besi:
Karena reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang bersamaan, reaksi diatas disebut reaksi REDOKS.
Zat pengoksidasi dan zat pereduksi
Oksidator atau zat pengoksidasi adalah zat yang mengoksidasi zat lain. Pada contoh reaksi diatas, besi(III)oksida merupakan oksidator.
Reduktor atau zat pereduksi adalah zat yang mereduksi zat lain. Dari reaksi di atas, yang merupakan reduktor adalah karbon monooksida.
Jadi dapat disimpulkan:
oksidator adalah yang memberi oksigen kepada zat lain,ü
reduktor adalah yang mengambil oksigen dari zat lainü
2) Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen
Definisi oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen ini sudah lama dan kini tidak banyak digunakan.
Oksidasi berarti kehilangan hidrogen, reduksi berarti mendapat hidrogen.
Perhatikan bahwa yang terjadi adalah kebalikan dari definisi pada transfer oksigen.
Sebagai contoh, etanol dapat dioksidasi menjadi etanal:
CH3CH2OH CH3CHO
Untuk memindahkan atau mengeluarkan hidrogen dari etanol diperlukan zat pengoksidasi (oksidator). Oksidator yang umum digunakan adalah larutan kalium dikromat(IV) yang diasamkan dengan asam sulfat encer.
Etanal juga dapat direduksi menjadi etanol kembali dengan menambahkan hidrogen. Reduktor yang bisa digunakan untuk reaksi reduksi ini adalah natrium tetrahidroborat, NaBH4. Secara sederhana, reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
CH3CHO CH3CH2OH
Zat pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi (reduktor)
Zat pengoksidasi (oksidator) memberi oksigen kepadaØ zat lain, atau memindahkan hidrogen dari zat lain.
Zat pereduksi (reduktor)Ø memindahkan oksigen dari zat lain, atau memberi hidrogen kepada zat lain.
3) Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron
Oksidasi berarti kehilangan elektron, dan reduksi berarti mendapat elektron.
Definisi ini sangat penting untuk diingat. Ada cara yang mudah untuk membantu anda mengingat definisi ini. Dalam hal transfer elektron:
Contoh sederhana
Reaksi redoks dalam hal transfer elektron:
CuO+Mg CU+Mg
Tembaga(II)oksida dan magnesium oksida keduanya bersifat ion. Sedang dalam bentuk logamnya tidak bersifat ion. Jika reaksi ini ditulis ulang sebagai persamaan reaksi ion, ternyata ion oksida merupakan ion spektator (ion penonton).
Jika anda perhatikan persamaan reaksi di atas, magnesium mereduksi iom tembaga(II) dengan memberi elektron untuk menetralkan muatan tembaga(II).
Dapat dikatakan: magnesium adalah zat pereduksi (reduktor).
Sebaliknya, ion tembaga(II) memindahkan elektron dari magnesium untuk menghasilkan ion magnesium. Jadi, ion tembaga(II) beraksi sebagai zat pengoksidasi (oksidator). Memang agak membingungkan untuk mempelajari oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron, sekaligus mempelajari definisi zat pengoksidasi dan pereduksi dalam hal transfer elektron.
Dapat disimpulkan sebagai berikut, apa peran pengoksidasi dalam transfer elektron:
Zatü pengoksidasi mengoksidasi zat lain.
Oksidasi berarti kehilangan elektronü (OIL RIG).
Itu berarti zat pengoksidasi mengambil elektron dari zatü lain.
Jadi suatu zat pengoksidasi harus mendapat elektronü
Atau dapat disimpulkan sebagai berikut:
Suatu zat pengoksidasi mengoksidasi zatü lain.
Itu berarti zat pengoksidasi harus direduksi.ü
Reduksi berartiü mendapat elektron.
c) Alat dan
Bahan
1) Alat
a) Gelas kimia
150 ml 2 buah
b) Gelas arlogi
c) Jarum/ paku
d) Pipet tetes
e) Pipet
ukur/bola penghisap
2) Bahan
a) Mercury
b) H2SO4
c) K2Cr2O7
d) Aquadest
d) Langkah
kerja
1) Menyiapkan
alat dan bahan
2) Menaruh
gelas arlogi di atas meja
3) Memasukkan
mercury murni dan bersihkan ke dalam gelas arlogi sampai membentuk genangan.
Tidak boleh lebih dari 3-4 inci dari diameter.
4) Menambahkan
larutan H2SO4 sampai permukaan genangan mercury tepat
tertutup.
5) Meneteskan 1
ml larutan potosium dikarbonat pada puncak mercury.
6) Membersihkan
jarum di dalam Gelas arlogi kemudian menyentuh sedikit saja genangan mercury.
Dengan kuat akan mengatur/mencari jarum pada posisi mendempul.
7) Mercury akan
segera untuk mulai bergerak atau berdunyut
8) Untuk
mumperoleh denyutan yang lebih kuat, secara perlahan tambahkan H2SO4
pekat dengan tetes demi tetes.
e) Hasil
Pengamatan
1) Gambar
|
Keterangan:
1. Jarum
2. Gelas
arloji
3. Merkuri
murni
4. Potassium
dikromat
|
2) Table
Bahan
|
Reaksi
|
Keterangan
|
Merjuri + H2SO4
+Pottasium Dikromat
|
Berdenyut biasa
|
Disentuh dengan jarum
|
Berdenyut lebih keras
|
Ditambah dengan H2SO4
pekat dan disentuh dengan jarum
|
3) Deskripsi
Merkuri
yang diletakkan pada gelas arloji, ditambahkan dengan fotasium dikromat serta
meletakkan jarum pada permukaan merkuri akan mengalami denyutan pada merkuri
tersebut. Denyutan tersebut persis seperti denyutan jantung tapi terlihat
biasa. Tetapi, ketika merkuri tersebut ditambahkan dengan H2SO4
pekat maka merkuri tersebut mengalami denyutan yang lebih kuat/keras. Jarum
yang diletakkan pada permukaan merkuri tersebut berfungsi supaya merkuri
mendapatkan electron.
Sejumlah
kecil merkuri yang dicampur larutan potassium dikromat serta larutan H2SO4
tidak akan bercampur dengan kedua larutan tersebut karena merkuri memiliki
muatan listrik (electron) yang besar. Genangan merkuri tersebut membentuk
bulatan dan terlihat padat. Genangan merkuri tersebut apabila disentuh dengan
jarum akan terjadi denyutan karena melalui jarum tersebut tetesan merkuri akan
mendapatkan electron. Apabila merkuri ditambahkan dengan H2SO4
pekat. Maka denyutan pada merkuri akan lebih kuat/keras. Ketika tetesan merkuri
ditempatkan pada gelas arloji kemudian disentuh atau didekatkan dengan jarum
maka merkuri tersebut akan mendapatkan electron dengan reaksi sebagai berikut:
f) Pembahasan
Pada pengamatan ini, kita
menggunakan mercury murni H2SO4 dan Cr2 O7-2
.
pada langkah pertama kita mencamurkan mercury murni dengan K2
Cr2 O7-2 hingga arloji membentuk genangan yang
mercurynya tertutup oleh K2 Cr2 O7 . genangan
mercuri membentuk bulatan-bulatan sebab muatan listriknya besar pada
permukaannya.
Mercuri yang
dimasukkan ke dalam gelas arloji itu harus membentuk gengan, dan genangan
mercuri membentukbulatan, sebab muatan listriknya besar pada permukaan. Cr2
O7-2 berperan sebagai agen pengiksidasi, electron
itu berpindah dari Hg dan tetesan hg
menjadi rata / turun. Ketika tetesan Hg turun sentuh dengan jarum dan akan
mendapatkan electron.
Dari
pengamatan tersebut, diperoleh bahwa pencampuran antara mercury murni akan
menghasilkan sebuah denyutan sepeti denyutan jantung pada manusia dengan
meletakkan ujung jarum tepat pada pinggiran zat mercury yang tergenang oleh K2 Cr2 O7
. denyutan pada percobaan tersebut akan semakin kencang dengan
ditambahkannya larutan H2SO4
pekat pada pencampuran mercury murni dengan K2 Cr2
O7-2 .
g) Kesimpulan
Dari
percobaan yang tellah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa merkuri akan mengalami
deyutan seperti ddenyut jantung karena ditambahkan potassium dikromat dan
diletakkan jarum pada permukaan merkuri dan denyutan akan lebih keras jika
ditambahkan dengan H2SO4 dan terjadi denyutan karena
adanya tambahan electron dari jarum
2. Dekomposisi
Amonium Dikromat (Reaksi Vulkanik)
a. Pelaksanaan
1) Hari/Tanggal : Minggu, 24 April 2011
2) Waktu : 11.45 – 12.00
3) Tempat : R. II. Kampus II IAIN Mataram
4) Tujuan :Untuk mengamati terjadinya
reaksi vulkanik
b. Landasan
Teori
Gas merupakan satu dari tiga
wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan bagian tak terpisahkan dari studi
kimia, bab ini terutama hanya akan membahasa hubungan antara volume, temperatur
dan tekanan baik dalam gas ideal maupun dalam gas nyata, dan teori kinetik
molekular gas, dan tidak secara langsung kimia. Bahasan utamanya
terutama tentang perubahan fisika, dan reaksi kimianya tidak didisuksikan.
Namun, sifat fisik gas bergantung pada struktur molekul gasnya dan sifat
kimia gas juga bergantung pada strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai
molekul tunggal adalah contoh yang baik kebergantungan sifat makroskopik pada
struktur mikroskopik.
Sifat-sifat
gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.
1) Gas bersifat
transparan.
2)
Gas
terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
3)
Gas dalam
ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4)
Volume
sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi, volume gas
akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan menjadi tak hingga
kecilnya.
5)
Gas
berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
6)
Bila dua
atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
7)
Gas dapat
ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan mengembang.
8)
Bila
dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.
Dari
berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas. Misalkan suatu
cairan memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya berkurang, cairan
itu tidak akan memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak
peduli berapapun suhunya. Yang akan berubah adalah tekanannya.
Polimer
adalah senyawa molekul yang cirri-cirinya adalah memiliki massa molar yang
tinggi, mulai dari ribuan hingga jutaan gram, dan terbuat daribanyak unit
berulang. Sifat-sifat fisik dari apa yang dikenal juga sebagai makromolekul ini
berbeda jauh dari sifat-sifat molekul biasa yang kecil, sehingga
diperlukanteknik khusus untuk mempelajarinya. (Raymond,290: 2004)
Senyawa-senyawa
yang tersusun dari molekul sangat besar yang terbentuk oleh penggabungan
berulang dari banyak molekul kecil disebut polimer. Molekul yang kecil yang
disebut monomer, dapat terdiri dari satu jenis maupun beberapa jenis.
Polimer yang
satuan berulangnya terjadi dari ikatan yang terbentuk dengan eliminasi molekul
sederhana seperti HOH, HCl, dan NH3, disebut polimer kondensasi.
Macam kedua
polimer disebut polimer adisi, suatu polimer yang satuan berulangnya
dihubungkan oleh ikatan-ikatan yang aslinya dikatakan dengan ketakjenuhan,
yakni ikatan rangkap atau gandatiga. (Keenan, 437: 2001)
Untuk
membangun suatu polimer, harus ditambahkan sangat banyak monomer ke suatu
molekul polimer yang sedang tumbuh, dan reaksinya tidak boleh terputus setelah
beberapa molekul pertama bereaksi. Hal ini dapat dicapai jika molekul polimer
tersebut mempertahankan gugus fungsinya yang sangat reaktif setiap waktu selama
proses sintesisnya berlangsung. Dua jenis utama pertumbuhan polimer ialah
polimerisasi adisi dan polimerasi kondensasi. (Oxtoby, 313: 2001)
Volcanoes can
be caused by .The word volcano
is thought to derive from , a volcanic
island in the of Italy
whose name in turn originates from , the name
of a god of in .
Kata gunung berapi diduga berasal dari Vulcano , sebuah pulau vulkanik di Kepulauan Aeolian Italia yang
namanya pada gilirannya berasal dari Vulcan , nama dewa api dalam mitologi Romawi . The study of volcanoes is called , sometimes
spelled vulcanology . Studi tentang gunung berapi
disebut vulkanologi , kadang-kadang dieja vulkanologi.
(http://
id.wikipedia)
c. Alat dan Bahan
a) Alat
1) Lepengan
keramik
2) Korek api
b) Bahan
1) NH4Cr2O7
2) Pita Mg atau
kertas
d.
Cara kerja
2)
Menyiapkan alat dan bahan
3)
Menempatkan atau menumpahkan satu sendok ammonium
dikromat pada keramik
4)
Melipat kecil-kecil kertas untuk digunakan sebagai
sumbu
5)
Menempatkan lipatan kertas tersebut pada tumpukan
ammonium dikromat
6)
Membakar lipatan kertas pada tumpukan ammonium
dikromat
7) Mengamati
proses yang terjadi pada ammonium
dikromat
e. Hasil
pengamatan
1) Gambar
(a)
|
|
2) Deskripsi
Sejumlah
tumpukan ammonium dikromat yang ditempatkan pada kramik akan mengalami
perubahan wujud menjadi abu atau lahar. Awalnya tumpukan ammonium dikromat
tersebut ditancapkan lipatan kerta atau pita mg, kemudian lipatan kertas
tersebut dibakar sampain padatan ammonium dikromat tersebut juga ikut terbakar.
Setelah semuanya habis terbakar, maka padatan ammonium dikromattersebut akan
berubah menjadi abu atau lahar. Proses pembakaran ammonium dikromat tersebut
menyerupai letusan gunung berapi (vulkano).
f. Pembahasan
Percobaan
ini berjudul Dekomposisi ammonium dikromat : Reaksi Vulkanik (gunung berapi),
jadi bahan yng digunakan yaitu ammonium diromat,dengan tujuannya percobaan ini
yaitu untuk mengetahui reaksi meletusnya gunung berapi, produk apa yang dihasilkan pada pristiwa reaksi Vulkanik
tersebut, produknya adlah gas yang berbahaya bila di hirup. Ammonium dikromat merupakan padatan yang
berwarna hijau kekuning-kuningan. Padatan ini ditaruh pada lempengan keramik
yang selanjutnya akan dibakar dengan jalan terlebih dahulu membakar sumbu yang
telah dilumuri dengan alcohol dimana sumbu tersebut ditancapkan pada tumpukan
ammonium dikromat. Pada saat terjadi peristiwa pembakaran ammonium dikromat
nampak seperti peristiwa meletusnya gunung berapi. Reaksi dari peristiwa ini
dapat dituliskan sebagai berikut
(NH4)2Cr2O7(s)
à N2(g)
+ 4H2O(l) + Cr2O3(s)
Demonstrasi ini dilakukan pada
ruangan tertutup yang ventilasinya baik, dan setelah selesai membakar ammonium
dikromat sebaiknya kita menjauhi diri dari tempat kita melakukan pembakaran
karena bau dari ammonium dikromat yang sudah dibakar bila kita hirup dapat
merusak sum-sum, karena ammonium dikromat mengandung krom oksida (Cr2O3).
Produk dari reaksi pembakaran
ammonium dikromat ini adalan nitrogen (N2), uap air (H2O),
dan krom oksida (Cr2O3). Dan reaksi ini termasuk reaksi
oksidasi karena terjadi penambahan electron yang dipengaruhi oleh oksigen. Gas yang mengembangkan residu
pada demonstrasi ini adalah nitrogen.
g. Kesimpulan
Dari hasil praktikum, dapat
disimpulkan bahwa padatanm ammonium dikromat adalah bahan kimia yang mudah
menyala atau terbakar. Proses pembakaran ammonium dikromat menghasilkan atau
mengeluarkan gas yang disebut nitrogen (N2). Dan padatan yang
terkandung dalam abu (residu hijau) yang disebut kromoksida (Cr2O3).
Selain itu, padatan tersebut juga mengeluarkan sedikit uap air. Peristiwa atau
proses pembakaran tersebut menyerupai letusan gunung berapi (vulkano).
3. CHEMICAL
POP GUN (LETUPAN MERIAM)
a. Pelaksanaan
1) Hari/Tanggal : Minggu, 22 Mey 2011
2) Waktu : 09.30- selesai
3) Tempat : R. B.2
Kampus II IAIN Mataram
4) Tujuan :Untuk mengetahui proses
terjadinya laetupan pada
meriam.
b.
Landasan teori
c.
Alat dan Bahan
1) Alat
a) Pipa/botol
b) Pembungkus/isolasi
c) Sumbat
d) Bola hisap
e) Tongkat
f) Sendok
g) Gunting
2) Bahan
a) Larutan
vinegar(cuka)kuat (CH3COOH)
b) Na2CO3
d.Langkah kerja
1) Menyiapkan
alat dan bahan
2) Membungkus
kaca pipa/botol dengan cara membalut /memplesternya dengan isolasi / lakban.
3) Menyiapkan
satu sendok paenuh sodium karbonat
4) Memasukkan
12 ml vinegar ke dalam tube(pipa/botol)
5) Menambahkan
satu sendok penuh sodium karbonat dengan cara membungkus dengan tissue,
6) Menutup
tabung dengan secepat mungkin dan pegang dari jarak yang jauh.
e.
Hasil Pengamatan
1) Gambar
|
Keterangan
2.
Tongkat
3.
Viva/botol
4.
Sumbat
5.
Na2CO3
6.
CH3COOH
|
f.
Pembahasan
g.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa apabila padatan Na2CO3
dan caairan CH3COOH dicampur dalam suatu viva/botol yang kemudian
ditutup cepat dan rapat akan mengalami letupan meriam yang cukup keras. Dalam
proses letupan meriam ini, apabila padatan Na2CO3 dan CH3COOH
yang telah dimasukkan ke dalam botol yang telah ditutup rapat. Tidak boleh ada
udara yang masuk ke dalam botol karena akan menyebabkan percobaan mengalami
kegagalan.
G. ACARA
VII: SABUN TRANPARAN EKONOMIS
1. Pelaksanaaan
a. Hari /
tanggal : Minggu 22 mey 2011
b. Waktu : 10.00-10.30 WITA
c. Tempat : R.II.3 kampus 2 IAIN
Mataram
d. Tujuan : Untuk mengetahui proses
pembuatan sabun trasparan
ekonomis.
2. Landasan Teori
3. Alat dan
Bahan
1) Alat
a) Bola
penghisap
b) Pipet tetes
c) Pengaduk
d) Gelas kimia
100 ml
e) Penjepit
f) Kompor
g) Panci
h) Tissue
i) Cetakan
plastic
2) Bahan
a) Chip soap
ultra TR 55 gr
b) Lexaine C 7,3
cc
c) Carbowax
liquid 3,56
cc
d) Propylene
glycol 3,56
cc
e) Fixolite 3,56 cc
f) Alcohol 96 % 3,56
cc
g) Parpum secukupnya
h) Air secukupnya
4. Cara kerja
1) Menyiapkan
alat dan bahan
2) Memasukkan
55 gr chip soap ultra TR ke dalam wadah atau gelas kimia
3) Memasukkan
7,3 cc lexaine c ke dalam gelas kimia tersebut
4) Memasukkan
3,65 cc carbowax liquid ke dalam gelas kimia
5) Menambahkan
3,65 cc propylene glycol
6) Menambahkan
3,65 cc propylene fixolite l
7) Memanaskan
gelas kimia yang berisi campuran bahan-bahan 2-6 dengan cara dilelehkan dalam
air mendidih sambil di aduk dan di angkat
8) Menambahkan
pewarna secukupnya sambil mengaduk sampai rata
9) Menambahkan
parfum secukupnya sambil mengaduk sampai
merata
10) Menambahkan
alcohol 96 % sebanyak 3,56 cc, mengaduk samapi rata
11) Menuangkan
kedalam cetakan dan di biarkan sampai padat.
5. Hasil
Pengamatan
1) Gambar
|
|
|
|
Keterangan:
(1) Gelas kimia
(2) Chip soap
ultra TR
(3) Campuran
bahan-bahan yang lain
(4) Penjepit
(5) Pengaduk
(6) Panci
(7) Kompor
(8) Bahan-bahan yang
sudah dipanaskan
(9) Bahan
dituang dalam cetakan
2) Deskripsi
Proses
pembuatan sabun transparan ekonomis terdiri dari campuran chip soap ultra TR
dan beberapa bahan kimia lainnya yang dipanaskan. Kemudian, dilelehkan dalam
wadah hingga menjadi cair. Selanjutnya, diberikan zat pewarna dan pewangi
sesuai selera agar lebih menarik. Setelah itu diangkat dan dituangkan ke dalam
wadah atau dicetakkan, baru kemudian dibekukan.
6. Pembahasan
7. Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan dapat disimpulkan, bahwa proses pembuatan sabun transparan
ekonomis sangat mudah, dimana bahan utama-utamanya yaitu chip soap ultra TR dan
campuran beberapa bahan kimia lainnya dengan peralatan yang sederhana
Dalam
proses pembuatan sabun transparan ekonomis dapat direaksikan dengan menambahkan
pewarna dan pewangi yang bervariasi dan dicetak dengan bentuk yang menarik.
Karena prosedurnya yang mudah dan bahan yang sederhana, sabun ekonomis transparan
ini cocok untuk usaha rumahan.